Wednesday 13 February 2013

Iseng2 Nulis Cerpen


“Cinta Dalam Hati”
Oleh: Ratri Rokhana

Namaku Ara. Umurku 18 tahun. Seorang mahasiswa semester satu di sebuah Perguruan Tinggi Negeri. Hobiku menulis dan menggambar. Dan baru-baru ini aku lagi naksir sama seseorang. Entah kenapa, saat terpejam....cuman dia yang terlihat. Bayangan wajahnya slalu hadir di pikiranku dan slalu membuatku tersenyum-senyum sendiri. Namanya Alif. Begitu manis juga populer. Perfect di mataku. Jadi idola para cewek. Aku menggaguminya. Hmm.....kak AlifYa, aku memang memanggilnya dengan Kak karena dia satu tingkat di atasku.
Pertama  kali aku dibuatnya bergetar. Meski sekedar menyebut namanya sekalipun. Mungkinkah....Ara falling in Love?
“Ada apa Ra...?” tanya kak Alif sambil menatap mataku.
“ng....a....aku.....” jawab ku dengan terbata-bata karna kaget.
“hmmmm....”kak Alif memegang daguku dan aku merasa bibirnya semakin mendekat.
“Eh.......” aku berteriak kaget. “Hah....? kak Alif....?” keluhku.
Kyaaa......yang barusan itu.... Aku kesal karna yang tadi cuman MIMPI. Hufftt.....
“Aduh kesiangan… Smoga aja dosennya nggak galak..” harapku.
“Kalo ga cepet bisa telat nich. Sialan...dosennya udah masuk.” tambahku yang mulai panik dan bingung mencari cara agar bisa masuk ke kelas tanpa dihukum oleh dosen. Karena aku benar-benar tidak tahu siapa dosen yang akan mengajar di kelasku.


Tiba-tiba saja kak Alif dan teman-temannya berada di depan kelasku yang memang kelas kami berdekatan.
“Ha...ha...ha...ha...” mereka tertawa, bergurau sambil melihatku.
Kak Alif...........melihatmu dari kejauhan saja..berdebar-debar. Kau tak akan pernah tau bahkan dalam mimpikupun...ada kamu.
“ Aduh karena terpana liat dia jadi kelewatan deh kelasku.. malu banget... untung aja cepet sadar kalo nggak...mau ditaruh mana mukaku...” gerutuku dalam hati.
Dengan cengar-cengir dan muka merah merona karena menahan malu, akhirnya aku balik badan dan masuk ke kelas  (sambil nglirik kak Alif dikit hehe..) . Dibalut dengan tampang yang tidak berdosa aku pun masuk kelas. Yah walaupun ada sebagian teman yang menertawakan aku karna telat tapi tak apalah yang terpenting buatku adalah bapak dosentidak marah (dosennya lagi baek)...huft selamat2 (sambil mengelus-elus dada)...
Tidak hanya sampai di situ, masih ada saja hal yang membuatku lebih malu lagi. Pada saat itu, dosen sedang menjelaskan materi. Karena aku rasa dosen sedang asyik dengan tugasnya, aku curi-curi kesempatan untuk menggambar wajah kak Alif di kertas binderku. Aku tak memperdulikan dosen yang tujuannya ingin memberikan ilmu kepadaku dan teman-temanku itu. Karena satu di pikiranku, kak Alif dan hanya dia yang sedang menghuni di pikiranku sampai sedetik ini tak ada yang lain lagi. Lalu aku tulis namanya di bawah gambar itu. Tapi sedetik setelah aku selesai menulis namanya, tiba-tiba saja terdengar suara yang sepertinya tak asing buatku. Dan sekali lagi mengucapkan sesuatu yang barusan aku tulis, nama “Kak Alif”. Lalu aku tolehkan kepalaku ke arah suara tersebut, dan ternyata……pak Agus….GUBRAK….seketika itu juga tekanan darahku meningkat dengan tajam, detak jantungku berdetak lebih cepat, mataku melotot melihat sosok itu, dan keringat dingin mulai bercucuran keluar. Seperti melihat dan merasakan sesuatu yang tidak pernah aku alami sebelumnya.
“Eh….baaa….paak…” ujarku dengan terbata-bata sambil mengaruk-garuk kepala menahan malu. Karena saat itu juga teman-teman sekelas melihat ke arahku dan menertawakanku.
“Gambarmu bagus. Hemttt…Alif ya..??” kata pak Agus yang menambahku semakin malu.
“Ciieeeee….ihiiirrrr…ternyata ARA sama kak ALIF…??? Mau diomongin apa ngomong sendiri nih?? Hahaha…” ledek salah satu temanku yang tak henti-hentinya menertawaiku.

Aku cuma terdiam dan meringis menebarkan sedikit senyum pada mereka. Haduuhhh….maluuu banget.., kataku dalam hati. Mau ditaruh di mana mukaku. Paraahhhhh…..kenapa aku harus nglakuin hal sefatal ini. Pasti akan jadi bulan-bulanan buat teman-temanku. Tapi untung bapak dosen tak marah lagi. Entah apa yang membuat beliau tak menghukumku. Padahal aku sudah melakukan kesalahan dua kali dalam mata kuliahnya hari ini. Mungkin karena beliau sedang mendapat undiah berhadiah atau memang sebenarnya beliau orang yang sangat baik dan begitu bersahabat pada kami, aku tak tahu. Yang jelas ini sedikit mengurangi beban hatiku, walaupun sangat sedikit sekali bila dibandingkan rasa malu ini.
Padahal aku senang dan bahagia banget saat kak Alif meluangkan waktu untuk hadir di mimpiku. Aku memperkirakan hari esok akan benar-benar menyenangkan. Tapi kenapa ini malah sebaliknya yang aku rasakan. Sial tiga kali berturut-turut. Pertama, malu di depan kak Alif gara-gara nglewati kelas yang seharusnya aku masuki. Kedua, telat dan ditertawain teman-teman sekelas. Dan yang ketiga yang sangat tragis, bapak dosen dan teman-teman sekelas tahu kalau aku menggagumi seorang kak Alif. Padahal rahasia ini udah aku pendam sedalam mungkin dan udah aku tutup serapat-rapatnya, tapi seketika itu juga rahasiaku terbongkar karena kesalahan yang aku buat sendiri. Hufftttt………
Dan tak kuduga, kabar tentang aku dan kak Alif cepat tersebar. Seperti debu yang terbang dengan bebas terbawa oleh hempasan angin, begitu cepat, begitu tak terlihat. Sekejap, teman-teman mengetahui hal ini. Yang tak aku kenalpun ikut mendengar informasi tentang aku. Mengetahui sesuatu yang sebenarnya tak ingin ku ketahui. Aku jadi terkenal, menjadi sesosok cewek yang  menggagumi idola di kampus. Mungkin bagi cewek-cewek yang kurang ataupun tidak populer sama sekali di kampus, mereka bisa menggunakan cara ini agar bisa dikenal tidak hanya oleh teman-teman seangkatan tapi juga adik maupun kakak tingkat. Tapi ini khusus untuk cewek-cewek yang mempunyai mental yang tinggi dan berani menanggung malu. Yang tidak siap jangan sekali-kali mencobanya. Dan untung waktu untuk menahan maluku tidak berlangsung lama. Hanya sehari saja teman-teman meledekku dengan kata-kata “ciieeee…..Alif….”. Ini mungkin karena mereka sudah dewasa dan mengganggap hal ini sudah wajar.  Membuat hidupku lebih tenang.

Aku dan teman-temanku. Sebut saja Isti, Ayu, Bety, Nori dan Santi sedang di dalam kelas mengikuti kuliah seperti hari-hari biasa yang sudah menjadi rutinitas kami sebagai mahasiswa. Akhirnya waktu yang kami tunggu-tunggu sudah di depan mata. Yap, kuliah selesai…Horeeee…. Kami berenam pun keluar kelas. Tapi apa…yang ku dapati, wajah kak Alif di depan mataku. Spontan, aku menghentikan langkahku dan ku beranikan mataku untuk menatap matanya.
“Kak Alif….matamu begitu indah, begitu mempesona.” kataku dalam hati. Hatiku terpana, saat dia juga menatap mataku sambil mengucapkan namaku.
“Eh…Ara..” ujar kak Alif yang begitu menyentuh hati. Haduh….seneng banget. Namun, hal tersebut tak berlangsung lama. Lagi-lagi ledekan itu keluar dari mulut mereka. Sial…kenapa harus secepat ini momen-momen yang aku nanti-nanti ini harus berakhir. Dengan secepat kilat ku kayuhkan kakiku, melangkah bersama teman-teman meninggalkan kak Alif. Walaupun dengan berat hati, tapi ini harus ku lakukan. Aku harus menghindar, tak mau memalukan diriku lagi.

Malamnya, saat ku terdiam sendiri sambil mendengarkan lagu milik Kerispatih “Demi Cinta” ku dengar handphoneku berbunyi, tanda sms masuk. Lalu ku buka dan ku baca  isi sms nya.
Malam Ara…lagi apa?
Belajar yaw…?
Aku tak tahu, siapa yang mengirim sms tersebut. Tak ada namanya. Lalu dengan cepat ku balas sms tersebut, ku tanyakan namanya. Dengan cepat pula dia membalas sms ku.
Seseorang yang kamu kagumi
Alif…hehehe
Ha….?? Kak Alif?? Bener ga nih? Apa jangan-jangan ada yang ngerjain aku ya? Tapi ya udahlah bodoh amat. Nggak mungkin juga kak Alif sms aku. KeGRan banget aku…hemmtt, pikirku. Tak ku gubris lagi sms itu.
Tapi keesokan harinya waktu aku dan teman-teman mau ke kantin kampus untuk membeli makanan, tiba-tiba ada suara yang mengagetkan kami. Ku hentikan langkahku, ku cari sumber suara itu. Dan ternyata….kak Alif. Dia melambaikan tangannya, menandakan kalau dia menyuruhku untuk menghampirinya. Kesempatan inipun tak ku sia-siakan. Ku suruh teman-teman untuk ke kantin duluan, sementara aku menuju ke arah kak Alif. Dia duduk sendirian. Hal yang tak aku bayangkan sebelumnya. Walaupun hanya duduk berdua, tapi itu udah terlalu cukup bagiku. Kak Alif pun memulai pembicaraan,
“Kok tadi malem sms aku ga dibales sih? Ketiduran ya?”
“Lho tadi malem beneran kamu ya kak? Kirain ada yang lagi ngerjain aku. Kayaknya tu impossible banget kalo kakak sms aku.” jawabku dengan menebarkan senyum semanis-manisnya kepada kak Alif.
“Apanya yang impossible?? Mungkin banget lah. Buktinya kan kemaren aku sms kamu?” balas dia yang menambah gemetar hatiku.
Perbincangan antara aku dan dia pun semakin lama dan asyik. Aku menjadi lebih mengenalnya. Tak hanya ganteng tapi juga pinter dan baik hati. Jadi pantes aja kalau cewek-cewek banyak yang mengidolakan dia.
Aku dan dia pun semakin intens bertemu. Tidak hanya mengobrol tapi kami juga sering mengerjakan tugas dan jalan-jalan bareng, entah cuma sekedar makan atau nonton bareng. Hal ini membuatku menjadi sayang yang awalnya hanya sebuah rasa kagum. Aku memberikan perhatian, semangat untuk belajar sampai memberikan support dalam hal apapun. Itu aku lakukan agar dia merasa senang. Dan tak kuduga, dia ternyata juga memberikan perhatian padaku dan mengajariku banyak hal. Mulai dari ini sampai itu yang aku sadari memang telah memberikan dampak positif untukku. IPK menjadi meningkat dan bahkan aku mendapatkan beasiswa. Karena itu, aku merasa kalau dia juga punya perasaan yang sama padaku. Walaupun aku sadar kedekatanku dengannya kira-kira baru satu bulan.
Sampai suatu ketika, aku berencana untuk mengungkapkan perasaanku ini kepadanya. Tapi seperti biasa, aku butuh teman-temanku sebagai penasehat hukum dalam menangani kisah cintaku ini. Kemudian kami berkumpul berenam. Dalam kasus ini, aku berperan sebagai hakim cinta. Aku perlu berbagai pertimbangan dalam memutuskan mana ketetapan yang harus aku ambil dan tidak aku ambil.
“Teman-teman, aku dah mentok banget nih ma kak Alif. Aku sayang sama dia.” kataku memulai pembicaraan.
“Kayaknya dia juga punya perasaan yang sama ma kamu deh. Ya ga teman-teman?” ujar Nori, yang orangnya memang antusias  kalau sedang membahas percintaan sambil melihat ke arah teman-teman yang lain. Merekapun menggangguk, menandakan setuju. Kecuali Santi yang daritadi aku liat tidak begitu tenang dan agak gelisah sambil memegang handphonenya.
“Trus apa yang bakal kamu lakuin Ra?” tambah Ayu dengan tenang. Dia memang temanku yang paling bisa untuk menenangkan dan menetralkan suasana diantara teman-teman yang lain.
“Aku berencana buat nembak dia. Habisnya lama banget sih, dia nggak nembak-nembak. Hufttt….” keluhku.
Teman-temanku cuma bisa terperanga mendengar ucapanku. Sementara Santi, tetap saja merasa biasa-biasa saja. Aku merasa seperti ada suatu hal yang sedang disembunyikannya. Tak seperti biasanya sikap dia seperti ini. Aku yakin, ada sesuatu yang ingin dia sampaikan tapi tak berani ia ungkapkan.
“Napa Tet..?? Kok kayaknya ada hal yang mau kamu sampaikan.??” tanyaku dengan panggilan bekennya “Santet”.
“Kamu beneran mau nembak dia? Serius kamu? Emang dia beneran ga punya cewek lain? Aku saranin kamu nggak buru-buru buat nembak dia.” kata Santi yang semakin membuatku dan teman-teman merasa ada yang aneh dengan dirinya. Walaupun dalam hatiku sudah merasa tidak tenang setelah mendengar ucapan Santi. Kami pun memaksa dia untuk jujur, mengatakan sesuatu yang tidak kami ketahui.
“Tapi kamu jangan sedih ya Ra… Tadi barusan pas aku update status di FB, aku liat statusnya kak Alif berubah ‘in Relationship with Anindita Dewi’..sabar ya.” ujar Santi yang mencoba menenangkanku sambil memperlihatkan status tersebut padaku.

Aku kaget setengah mati melihatnya. Tubuhku serasa kaku, tak bisa digerakkan. Jantungku seperti berhenti berdetak, aliran darahku behenti seketika dan air mata pun tak bisa ku bendung lagi, menetes di pipiku. Ingin sekali ku teriak…”Tidaaakkk……kenapa harus kayak gini???” tapi ku tahan di dalam hatiku. Aku tak ingin melihat teman-temanku lebih khawatir lagi. Dan merekapun cuma bisa menghiburku, membuatku tersenyum lagi.
Aku sadar, aku bukan cewek yang kamu pilih kak. Aku salah mengartikan sikapmu ke aku. Aku terlalu berharap lebih. Satu lagu “Cinta dalam hati” buat kak Alif…
Menggagumi tanpa dicintai
Tak mengapa bagiku
Mencintaimu adalah bahagia untukku
Bahagia untukku……
Ku ingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu
Dan berharap rasa ini abadi untuk selamanya
Dan ijinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
Tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejap saja

No comments:

Post a Comment